Selasa, 27 Maret 2018

Parangkusumo, Jejak Mistis Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul

Pantai Parangkusumo termasuk pantai selatan yang menjadi salah satu aset wisata milik Yogyakarta. Pantai Parangkusumo ini terletak di sebelah barat Pantai Parangtritis mempunyai keindahan alam yang tidak kalah dengan pantai Parangtritis. Selain itu di dekat pantai ini terdapat 2 batu karang yang sekelilingnya di pagar beton. Tempat yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar tersebut dikenal dengan nama Cepuri

Cepuri Parangkusumo merupakan tempat yang penting untuk acara yang bersifat adat dan spiritual contohnya acara labuhan. Benda yang mau dilabuh harus dimasukan ke Cepuri dan didoakan oleh para juru kunci sebelum benda tersebut di buang kelaut. Keunikan budaya dan kemisteriusan pantai ini terus menjadi objek wisata menarik bagi wisatawan domestic maupun manca negara.

 Masyarakat Yogyakarta sampai saat ini meyakini adanya hubungan spesial antara Keraton Yogyakarta dengan penguasa pantai selatan, Nyi Roro Kidul. Hubungan spesial tersebut dimulai sejak pendiri mataram Panembahan Senopati. Dan di Pantai Parangkusumo lah hubungan spesial itu terjadi.
Pantai Parangkusumo merupakan salah satu pantai yang dikramatkan oleh penduduk sekitar kawasan Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam tradisi Jawa, pantai Parangkusumo ini dianggap sebagai gerbang utama atau jalan tol menuju Keraton Gaib Laut Selatan, sebuah kerajaan Nyi Roro Kidul yang menguasai Laut Selatan (Samudera Hindia).
Berbagai acara labuhan, baik dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat maupun dari masyarakat setempat digelar di pantai Parangkusumo. Ritual Labuhan Keraton di Pantai Parangkusumo merupakan simbol ikatan dan kekuasaan antara keraton dan penguasa laut selatan.
Berdasarkan cerita almarhum Mbah Nono panggilan akrab RP Suraksotarwono juru kunci sekaligus sesepuh warga Pantai Parangkusumo, labuhan kepada Kanjeng Ratu Kidul merupakan sebuah ritual yang penting bagi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Ratu Kidul berjanji untuk mengayomi Panembahan Senopati dan seluruh keturunannya dan Kerajaan Mataram ketika berada dalam kesulitan. Berdasarkan nasehat dari Ki Juru Mertani, Panembahan Senopati bermeditasi di Pantai Parangkusumo, sebuah pantai kecil di pinggiran Laut Selatan.
Meditasi yang luar biasa tersebut mengakibatkan “goro-goro” atau menimbulkan kekacauan di Kerajaan Segara Kidul (laut selatan). Kanjeng Ratu Kidul pun mendatangi penguasa Mataram tersebut dan mengatakan bahwa harapannya telah dikabulkan oleh Sang Maujud Agung.
Kemudian perjanjian antara Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul dibuat. Hubungan antara raja-raja Mataram dan Kanjeng Ratu Kidul telah memperkokoh legitimasi kebudayaan kepada Sri Sultan Hamengkubuono.
Mitor Pantai Parangkusumo jogja
Legenda Pantai Parangkusomo Bantul Yogyakarta
Cerita tersebut sampai sekarang masih dipercayai oleh masyarakat Yogyakarta. Sehingga masyarakat masih melakukan ritual di kawasan Cepuri sebagai tempat pertemuan antara Ratu Kidul dengan Panembahan Senopati dan juga di Kawasan Pantai Parangkusumo yang dipercaya merupakan keratonnya Ratu Kidul.
Meski hanya sebuah cerita yang turun temurun, masyarakat tetap melakukan semedi di Pantai Parangkusomo kata Mbah Nono. Pada tahun 1973 ketika akan diberi limpahan jabatan dari ayahnya, dia didampingi ayahnya melakukan semedi Pantai Parangkusmo.
Saat itu tiba-tiba air laut surut dan terlihat adanya sebuah kerajaan. Saat dia masuk, dari depan kerajaan terlihat seperti ada gerbang yang megah. Melewati gerbang terlihat bangunan seperti pendapa yang dilengkapi tiga tangga yang terbuat dari batu yang sangat indah dan sangat bersih.
Ketika ingin menaiki pendopo tiba-tiba sosok Ratu Kidul muncul. Seketika itu juga Mbah Nono langsung menundukkan wajah sebagai bentuk penghormatan bagi penguasa laut selatan.
Setelah sekian lama tertunduk, tiba-tiba Ratu Kidul menjamah kepala Mbah Nono seraya mengatakan untuk menerima tanggung jawab yang diberikan ayahnya, menjadi penerus juru kunci Cepuri. Melalui pengalaman gaib itulah dia menerima tanggung jawab sebagai juru kunci Cepuri, tempat pertemuan antara Panembahan Senopati dengan Ratu Kidul.
Sebagai juru kunci Cepuri, kakek yang telah dikarunia empat cucu ini menyatakan, terdapat dua tempat lokasi untuk melakukan ziarah yaitu di Batu Besar yang disebut Sela Ageng dan Batu Sengker atau batu gilang. Di lokasi Sela Ageng inilah pertama kali Penembahan Senopati melakukan semedi. Namun karena tidak nyaman, maka Panembahan Senopati berpindah tempat ke lokasi batu sengker (batu kecil) yang lokasinya di bagian selatan Sela Ageng.
Saat bersemedi di batu kecil (Batu sengker) inilah Panembahan Senopati bertemu dengan Ratu Kidul yang ceritanya Ratu Kidul bersedia membantu dan mengamankan kerajaannya beserta keturunan Penembahan Senopati (Raja Keraton Yogyakarta). Dengan janji dari Ratu Kidul itulah sampai sekarang ritual Labuhan yang dimulai dari doa di sela sengker hingga dan berakhir dengan Labuhan di Kawasan Pantai Parangkusumo masih terus dilestarikan. Sampai kini, ritual tersebut sudah masuk menjadi agenda budaya dan wisata di Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul, Yogyakarta.
Sebagai pantai yang masih berada satu kawasan dengan Pantai Parangtritis, maka tidak heran bila anda bisa mendapatkan dobel pantai karena bila anda berjalan ke arah timur, Pantai Parangtritis pun telah menyambut anda. Dengan berjalan kaki atau menaiki kereta kuda seharga Rp20.000 saja, anda dapat menikmati Pantai Parangtritis.
Hanya saja, Pantai Karangkusumo ini memang lebih dikhususkan untuk upacara adat karena disini terdapat sebuah Batu Cinta yang berada di Puri Cepuri dan dipercaya sebagai tempat duduk Panembahan Senopati di sebuah batu besar dan Ratu Laut Selatan yang duduk di sebuah batu yang ukurannya lebih kecil. Sekarang tempat ini dipagar beton bercat putih dan akan dibuka sewaktu-waktu untuk upacara adat Labuhan Alit Parangkusumo.
Karena saat itu permohonan Panembahan Senopati untuk dapat memimpin Kerajaan Mataram dan melindungi rakyatnya berhasil diwujudkan, maka tidak heran bila banyak orang yang percaya bila berdoa didepan Batu Cinta, maka keinginannya akan terkabul. Sebagian besar dari mereka juga percaya bahwa jika berdoa disana, maka segala beban berat yang dipikul akan terasa lebih ringan dan semangat untuk melanjutkan hidup pun akan semakin membara. Walaupun ini hanya mitos, anda dapat saja datang berkunjung sambil melihat-lihat kawasan Puri Cepuri dimana dua batu besar itu berjejer saling berhadapan sekedar untuk tahu saja.
Dan sebagai tempat ziarah, maka anda jangan heran bila wangi kembang setaman dan bau kemenyan dapat terhirup oleh hidung anda. Jika anda tidak tahan dengan baunya, anda dapat menikmati suasana pantai saja sambil menyambut ombak yang datang silih berganti. Selamat berlibur.


Jeng Asih, Ratu Pembuka Aura dari Gunung Muria



Info & pemesanan:
Padepokan Metafisika Jeng Asih
Jl. Diponegoro 72, Pati – Jawa Tengah 
Jl. Melawai Raya 17, Blok M – Jakarta Selatan
08129358989 - 08122908585




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengagumi Keperkasaan Ksatria Aryo Penangsang, di Petilasan Kadipaten Jipang Panolan

Patung Kuda Simbol Kadipatenn Jipang     P etilasan Kadipaten Jipang Panolan terletak di Desa Jipang Kecamatan Cepu kurang-lebih 45 Km ...